Aku dan Perasaanku
By : RIO_PUTRA_B
Alfin adalah seorang peserta didik di salah satu SMA ternama di kotanya. Orangnya cukup tampan, sehingga tak heran jika dia di sukai banyak perempuan. Dia juga lumayan pintar dalam bidang akademis maupun nonakademis. Dalam nonakademis misalnya, dia cukup berprestasi di dunia basket.
Hari yang cerah ini dia berangkat sekolah dengan wajah yang ceria, hatinya berbunga-bunga layaknya seorang yang lagi kasmaran. Dia berangkat dari rumah pukul 60.50 WIB, padahal jarak dari rumah ke sekolahnya 6 KM. Dia tiba di sekolah pukul 07.10 WIB .
“Wach….Sialan,aku terlambat 10 menit nich.” Alfin bicara sendirian di depan pintu gerbang yang posisinya tersebut dia masih mengendarai motornya.
Pintu gerbang sekolah sudah di tutup satpam, dan mau nggak mau dia harus menunggu di depan pintu gerbang sampai 1 jam.
Tiba-tiba ada bis yang berhenti di depan sekolahnya, dan di dalam benak Alfin berkata,“Alhamdulillah, akhirnya ada guru yang terlambat nich, sehingga aku nggak perlu susah-susah menunggu 1 jam di depan pintu gerbang, baru 20 menit menunggu. Wach, Tuhan maha penyayang ya, nggak tega melihat hambanya menderita.” Alfin mengira yang didalam bis tersebut salah satu gurunya yang terlambat, setelah Alfin berharap yang aneh-aneh itu. Alfin segera memandang orang yang turun dari bis tersebut. Ternyata yang turun dari bis bukanlah salah seorang guru yang terlambat,tapi seorang cewek yang bercirikan mungil, kulitnya putih, dan tentunya cewek itu sangat cantik. Alfinpun terpesona dengan pancaran sinar wajah cewek tersebut. Dan tanpa di sadari cewek tadi nyamperin Alfin,
“Hey…Udah berapa menit disini ?” tanya cewek cantik itu.
“sekitar 25 menitan lah.” Jawab Alfin dengan rasa deg-degan.
“Ehm, namamu siapa ?”
“Alfin, kalau namamu siapa dan kelas berapa ?”
“Aku Rida, aku di kelas X.1 .”
“Ech…. Kalian berdua cepat masuk,sudah 1 jam kalian pacaran di sini.” Seorang satpam memarahi Alfin dan Rida.
Akhirnya Alfin dan Rida bisa masuk ke kelasnya masing-masing, meskipun terlambat 1 jam pelajaran.
“Assalamu’alaikum,” Alfin masuk ke kelas, dan meminta izin kepada ibu Yuni untuk bisa mengikuti pelajaran yang masih tersisa 1 jam.
Alfin duduk ke tempat duduknya, dan bercerita kepada teman sebangkunya tentang kejadian yang barusan dia alami.
“Wach…Kamu beruntung banget ya Fin jadi orang.” Kata Endri teman sebangkunya.
“Ach,kamu ini.” Jawab Alfin.
“Emang iya kok, nyatanya kamu selalu aja dapat kesempatan untuk ngobrol dengan cewek-cewek cantik, sedangkan aku nyapa cewek cantik aja nggak pernah.”
“Ya, itu sich salah kamu sendiri. Kenapa kamu nggak pernah nyapa cewek cantik. Nyapa doank kok, kan nggak dosa brow.”
{ Bel istirahat berbunyi }
Jam pelajaran bu Yuni pun sudah selesai.
“Ndri, ke kantin yuuuuk ! Laper nich.” Alfin ngajak Endri.
“Enggak ach, aku kan lagi diet. Coz kalau aku nggak diet gimana aku bisa nyapa cewek-cewek cantik dengan wajah yang PD kayak kamu itu,”
“Ya, udah dech. Aku mau ke kantin dulu yaw ?”
Sesampainya di kantin Alfin memesan makanan, dan tanpa sengaja dia melihat Rida bersama dengan teman-temannya, dan seketika itu pula Alfin menatap mata Rida. Ya kalau diperhitungkan jaraknya agak jauh ( sekitar 5 M ). Dan Rida pun menatap matanya Alfin, tak lama kemudian makanan yang di pesan Alfin sudah jadi. Alfin harus menyudahi menatap matanya Rida. Alfin merasa ada getaran-getaran cinta terhadap Rida, meskipun Alfin baru kenal tadi pagi dengan Rida.
“Ech…Rid, ada cowok ganteng banget lhow ?” Vias salah satu teman Rida memberi tahu Rida.
Ehm… Ehm….rida keselek.
“Mana sich cowok itu ?” tanya Rida.
“Itu lhow, dari sini kira-kira berjarak 5 M, yang menghadap ke kamu.” Jawab Vias.
“Ough itu ya.”
“Ya….Rida jawabanmu kok gitu sich. Rid, sebenarnya aku udah lama tahu cowok itu dan kayaknya aku merasa klik dengan cowok itu, kira-kira cowok itu suka nggak ya ke aku ?” tanya Vias.
“Hem…apa ?” Rida kaget.
“Iya…Cowok itu pantes nggak buat diri aku ?” tanya Vias.
“Ehm, kita bahas besok aja dech. Aku lagi males ngomongin cowok.”
“Ya udah kalau gitu, kita balik ke kelas yuuuk !” ajak Vias.
Vias dan Rida kembali ke kelasnya, dan hati Rida nggak tenang karena mikirin kata-kata si Vias, Rida seakan-akan nggak rela kalau Alfin di rebut oleh si Vias.
Sesampainya di rumah, Alfin sms Rida. Alfin dapat nomor HPnya Rida dari Ahmad. Ahmad adalah teman se-kelasnya Alfin. Dan isi sms tersebut adalah :
{ Hey Rida…Gi ngapain nich ? ini aku Alfin yang tadi pagi terlambat masuk sekolah. }
Nggak lama kemudian smsnya si Alfin di balas Rida.
{ Gi nongkrong bareng temen-temen nich, kalau kamu gi ngapain ? }
{ Gi mikirin kamu nich. }
SMS Alfin nggak di bales si Rida, dan Rida memilih diam karena merasa kalau dia baru kenal sama Alfin di tambah pernyataan-pernyataan si Vias kalau Vias suka sama Alfin. Alfinpun tau diri, bahwa sms yang di kirimkannya ke Rida terlalu berlebihan, Alfin merasa bersalah dengan kata-katanya tersebut. Alfin meminta maaf kepada Rida dan Rida pun memaafkannya.
Setelah kejadian itu Alfin tidak pernah kurang ajar mengeluarkan kata-kata tanpa arti ke Rida. Semakin hari perasaan Alfin ke Rida pun semakin membara, tapi Alfin nggak berani mengungkapkannya. Tiga bulan sudah Alfin memendam perasaan itu, dan sepertinya Rida pun mempunyai perasaan yang sama. Alfin mempunyai plaining mengungkapkan perasaannya besok setelah tugas-tugas dari guru mapel Alfin sudah selesai, karena Alfin nggak mau antara pacaran dan pelajaran menjadi carut marut nggak ada arahnya.
“ Hey fin…., entar sepulang sekolah jangan lupa ya ada latihan basket, kumpul di lapangan pukul 14.30 WIB “. Salsa memberikan informasi kepada Alfin.
Alfin hanya mengangguk-anggukkan kepala ditempat duduknya.
“ Kayaknya kok kamu kurang semangat gitu, emangnya ada masalah apa sich ?” tanya Salsa.
“ Nggak kok, nggak ada masalah apa-apa.. Cuma gi pusing mikirin tugas-tugas sekolah aja.”
“ Oh…..uw gitu, oiya entar ada anak baru lho yang ikut latihan basket bareng kita-kita.” Celoteh Salsa.
“ Bagus donk.” Jawab Alfin dengan wajah yang ceria.
Salsa kembali ke kelasnya dan Alfin kembali mengikuti pelajaran seperti biasa.
Tet…..Tet…..Tet…..
Bel pulangpun telah berbunyi, teman-teman Alfin yang siap bergegas untuk cabut pulangpun juga sudah pulang, tinggal orang-orang yang ikut basket yang masih disitu, tapi anehnya rida dan vias masih disitu juga. Ternyata anak baru yang ikut latihan basket adalah vias, sedangkan rida hanya menemani vias.,
“rid, tungguin aku sampai ekskul basket ini selesai ya, coz aku nggak berani pulang sendirian nich.Plizzz yaw ?” pinta Vias.
“Iya dech, tak tungguin sampai selesai. Kamu kan teman baikku.” Jawab Rida.
Viaspun berlari ke lapangan dan Rida tiba-tiba melihat alfin, sebelumnya rida nggak tahu kalau ternyata alfin pemain basket. Rida langsung berusaha ngumpet sehingga sebisa mungkin rida menghindar dari alfin, karena takut dengan vias entar malah vias ngira kalau rida sudah backstreet dengan alfin.
Permainan basketpun di mulai dan rida hanya bisa menyaksikan vias dengan jarak pandang yang lumayan jauh. Tiba-tiba HP rida berbunyi, ternyata rida di cari ortunya karena rida pulang terlambat yang sebelumnya nggak izin dulu kepada ortunya. Pada waktu rida menerima telfon dari ortunya otomatis rida nggak melihat permainan basket itu, dan dalam waktu itu juga kaki vias terkilir nggak bisa jalan.
“Ech…gimana nich, siapa yang harus nganterin vias pulang ? Duch kasihan banget, masak kita tega ngebiarin teman kita menderita.” Celoteh Ahmad yang berada di kerumunan orang banyak.
Vias mencoba untuk berdiri, tapi dia tidak mampu untuk berdiri.
Alfil nggak tega melihat vias, alfin merasa iba.
“vias, aku anterin pulang ya !” penawaran alfin.
“apa nggak ngrepotin kamu ?” tanya vias.
“nggak kok.”
Akhirnya alfin mengambil motornya dan siap mengantarkan vias pulang. Rida menutup telfon dari ortunya dan ingin kembali melihat permainan basket, Ech…nggak tahunya malah melihat alfin dan vias boncengan. Rida pun pulang naik bis.
Pagi yang cerah ini alfin kelihatan lebih bersemangat dari pada hari-hari biasanya, karena alfin akan mengungkapkan perasaan sayangnya kepada rida. Sesampainya di sekolah alfin langsung mengikuti pelajaran seperti biasanya, pada jam istirahat yang ke 2 alfin bertemu ahmad di kantin dan menitipkan salam buat rida. Bel pulang sudah berdenting, rida langsung menuju ke tempat pemberhentian bis.
Sesampainya di rumah, alfin bingung, dia nggak sabar untuk mengungkapkan perasaannya kepada rida. Sebenarnya si tadi alfin mau ngungkapin perasaannya kepada rida, tapi dia tidak bertemu rida. Lalu alfin mengambil HPnya, dan dia langsung sms rida. Lewat sms dia mengungkapkan perasaannya :
“rid, sebenarnya aku sa…..yang sama kamu.” Alfin mengungkapkan perasaannya.
“ha…apa ?” rida kaget.
“iya, aku sayang kamu, semenjak pertama kali kita bertemu.”
“tapi fin, kamu kan sudah miliknya vias ? vias itu sahabatku, dan via situ suka sama kamu.” Bentak rida.
“kapan aku jadian sama vias ? kapan ?”
“ya aku nggak tahu, tapi kalau nggak jadian kenapa kemarin kamu boncengin dia ?”
“aku nggak pernah jadian sama vias, dan kemarin aku boncengin vias karena aku nggak tega melihat dia kesakitan di lapangan. Lagian, dia juga di sukai sahabatku masak aku ngrebut dia dari sahabatku ?”
“udah lah fin, aku udah nggak percaya dengan omongan kamu.” Rida berbicara dengan tanpa harapan.
“okay, kalau nggak percaya. Silahkan kamu tanya saja sama ahmad.” Alfin menyerah.
“aku gi banyak urusan, udah yaw ?”
Rida merasa apa yang telah terjadi pada hari ini benar-benar konyol.
<< Beranda