Si Bocah Jenius
Oleh : Rio Putra Budiawan
Pada akhir abad pertama hijriyah, terjadilah perdebatan antara pengikut madzhab Dahriyan ( segala sesuatu ditentukan oleh zaman ) dengan seorang bocah tentang wujud Tuhan Allah SWT. Para ulama’ telah menceritakan bahwa Allah itu wajibul wujud, wujud Allah tidak membutuhkan tempat, Allah bertempat pada dzat-nya sendiri ( Qiyaamuhu binafsihi ). Salah satu ulama’ tersebut adalah, Syekh Hammad, guru Imam Abu Hanifah.
Dahriyan berkata pada penguasa waktu itu, “ datangkan Hammad, aku ingin berdebat dengannya.” Maka penguasa memanggil Hammad, dan datanglah ia. Akan tetapi, Hammad minta di undur satu malam. Maka ketika sudah datang Si Bocah Jenius, yang tak lain adalah murid Syekh Hammad, si bocah memandang sang guru, yang kelihatan gundah hatinya. Si Bocah nyuwun pirso tentang kesusahan sang guru. sang Guru menjawab, “ bagaimana saya tidak susah, saya di panggil khalifah untuk berdebat beradu argumentasi dengan Dahry. Sementara malam kemarin saya bermimpi, mimpi yang aneh. Si Bocah bertanya, “ mimpi apakah itui ?” . guru menjawab, “ kemarin saya bermimpi melihat rumah yang besar, luas, halamannya dihiasi pohon-pohon dan bunga yang indah, pohonnya banyak yang berbuah. Tiba-tiba keluarlah babi hutan dari sudut rumah itu dan habislah buah pohon tersebut dilalapnya. Bahkan daun-daun, dahan dan ranting juga ikut ludes di makannya, hingga tidak ada yang tersisa kecuali batang pohonnya saja.
Sejurus kemudian, muncullah harimau dari tunggak pohon tersebut dan langsung membunuh babi hutan itu. Berkatalah Si Bocah Jenius, “ Allah mengajarkan kepadaku arti sebuah mimpi. Bila sang Guru mengizinkan aku untuk member arti mimpi itu, insyaAllah aku akan mengartikannya. Sang guru mempersilahkan Nu’man, Si Bocah Jenius mengartikan mimpi sang Guru :
v Rumah besar yang dihiasi itu adalah Islam.
v Pohon-pohon berbuah itu adalah Ulama’.
v Tunggak pohon yang tidak di makan babi hutan itu adalah engkau sang guru.
v Babi hutan itu adalah Dahry ( orang yang tidak mengetahui adanya Tuhan ).
v Harimau yang membunuh babi hutan tersebut adalah saya.
Khalifah penguasa waktu itu mengumpulkan jama’ah untuk menyaksikan jalannya perdebatan antara Dahry dan Syekh Hammad. Nu’man, Si Bocah Jenius berdiri seraya mengangkat sandal sang guru dan sandalnya sendiri. Sementara Dahry pun datang dan langsung naik mimbar lalu berkata, “ siapa yang sanggup menjawab pertanyaan saya ?” Si Bocah Jenius menjawab, “ sudah, langsung saja kau bertanya, nanti juga akan ada jawabannya ?”. Dahry bertanya, “ siapa kamu ? anak kecil belum saatnya berdebat dengan saya. Banyak ulama’ besar dengan pakaian dan surban yang besar terpatahkan argumentasinya dan tidak mampu mengalahkanku. Kamu bocah kecil dan hina. Bocah jenius menyikapinya dengan ungkapan yang sopan dan menyentuh, “ Allah tidak member kejayaan dan kemuliaan kepada orang yang bersurban besar, berpakaian mewah dan berlengan baju yang lebar, akan tetapi Allah member keluhuran dan kemuliaan bagi ulama’.”
“ Dahry, apakah kamu mau menjawab pertanyaanku ?” “ InsyaAllah aku akn menjawabnya atas pertolongan Allah.” Demikian Dahry menjawab pertanyaan Si Bocah Jenius.
Maka terjadilah dialog antara Nu’man, Si Bocah Jenius dengan Dahry sebagai berikut :
Dahry : “ Apakah Allah itu ada ?”
Bocah Jenius : “ Ya.”
Dahry : “ Lantas, dimana dia ?”
Bocah Jenius : “ Allah tidak membutuhkan tempat !”
Dahry : “ Bagaimana mungkin ada yang tidak membutuhkan tempat ?”
Bocah Jenius : “ Ya, untuk itu dalilnya ada pada dirimu sendiri.”
Dahry : “ Apakah itu ?”
Bocah Jenius : “ Apakah di tubuhmu ada nyawa ?”
Dahry : “ Ya.”
Bocah Jenius : “ Dimanakah nyawamu ? Apakah dikepalamu, diperutmu, atau dikakimu ?”
Dahry : (bingung, lalu Bocah Jenius minta segelas susu, dan bertanya pada Dahry….)
Bocah Jenius : “ Apakah susu ini mengandung protein ?”
Dahry : “ Ya.”
Bocah Jenius : “ Dimanakah protein itu berada ? di bagian atas atau di bagian bawah ?”
Dahry : (bingung lagi.)
Bocah Jenius : “ Demikian halnya nyawa manusia, tidak bertempat di kepala atau diperut atau dikaki. Demikian pula dengan segelas susu, apakah proteinnya di bagian atas atau di bagian bawah ? Allah pun Maha Agung, Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Allah tidak bertempat di kaum ini. Allah Qiyaamuhu Binafsihi, Wahdaniyah !”
Dahry : “ Apakah sebelum Allah ? Dan apa pula setelah Allah ?”
Bocah Jenius : “ Tidak ada apapun sebelum Allah dan tidak ada apapun setelah Allah.”
Dahry : “ Bagaimana bisa di gambarkan ?”
Bocah Jenius : “ Hal itu ada pada dirimu.”
Dahry : “ Apa itu ?”
Bocah Jenius : “ Apa yang ada sebelum ibu jarimu dan apa setelah jari kelingkingmu ?”
Dahry : “ Tidak ada apa-apa sebelum ibu jariku dan tidak ada apa-apa setelah jari kelingkingku.”
Dahry : ” Masih ada satu masalah.”
Bocah Jenius : “ Aku siap menjawabnya, insyaAllah !”
Dahry : “ Apakah yang di lakukan Allah sekarang ?”
Bocah Jenius : “ Engkau membalikkan masalah, seyogyanya yang menjawab diatas mimbar dan yang bertanya dibawah. Aku akan menjawab pertanyaanmu bila kamu turun. “(Dahry turun lalu Bocah Jenius naik mimbar kemudian ia duduk.)”
Dahry : “ Coba jelaskan !”
Bocah Jenius : “ Allah sekarang menumbangkan pendapat yang salah, seperti pendapat anda dan menurunkan anda dari atas mimbar menuju ke bawah serta mengangkat yang benar, seperti saya dari bawah ke atas.”
Bocah Jenius itu adalah imam besar dan tersohor, madzab-Nya banyak diamalkan orang-orang Islam di Asia Tengah dan menjadi gurunya imam-imam Fiqh, beliau kecil dengan nama Al Nu’man bin Tsabit. Lahir di Kufah tahun 80 H. Pada masa kholifah Abdul Malik bin Marwan, penguasa dinasti Umayyah. Beliau wafat di kota yang sama pada tahun 150 H.
<< Beranda